Ludruk Goes To Campus, Terobosan Kenalkan Ludruk ke Anak Muda

Pelaksanaan workshop Malang Ngeludruk yang berlangsung di Aula Biro Akademik Umum (BAU) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada 29 November 2014 menghadirkan pemateri dosen dari Universitas Negeri Malang (UM) Joko Saryono serta pelaku seni di Malang Sutak Wardhiono.

IMG_20141029_095306

Acara yang dimulai pukul 9 pagi tersebut diawali oleh paparan dari Joko Saryono mengenai tradisi kesenian di Indonesia. Sekitar dua puluh orang lebih peserta workshop telah menanti acara ini sejak pukul 8 pagi. Joko menyampaikan makna tradisi bahwa tradisi adalah suatu yang lampau yang diwariskan secara terus menerus, turun-temurun dari generasi ke generasi.

“Tradisi itu suatu yang lama, suatu proses, relatif bisa disebut tradisi. Saat ini tradisi tidak berubah dari waktu ke waktu padahal lingkungan sudah berubah. Disamping merawat tradisi yang ada di Indonesia, tradisi harus dicetak atau diciptakan agar ada tradisi baru”, ungkap Joko.

Joko yang menempuh pendidikan Strata 1 hingga 3 di UM ini mencontohkan, seni pertunjukan di Indonesia yang masih eksis hanya di Bali saja. Tradisi Ngaben misalnya telah berubah. Untuk menjaga keeksisan, upacara membakar jenazah tersebut sudah diatur jadwalnya sesuai jadwal turis yang akan datang ke Bali, bergeser dari autran desa setempat. Hal ini mengindikasikan ketidakberpihakan pemerintah untuk melindungi tradisi di Bali.

“Di Bali pelaksanaan Ngaben sudah diatur karena musim turis. Jadi ketika turis-turis mau ke Bali sudah ditelfon terlebih dahulu sama orang sana. Sudah diatur oleh kapitalisme turis dan kapitalisme media”, kata Bapak 52 tahun tersebut.

Baca Juga:
Teater Sinden UMM dan Tunggak Semi Gelar Diskusi Malang Ngeludruk

Berbicara mengenai Ludruk ada beberapa faktor penghambat salah satu tradisi kesenian Jawa tersebut. Selain kurangnya peran pemerintah adalah hilangnya basis pilar dasar yakni pudarnya nasionalisme, stigma negatif dari spiritualitas, serta gempuran globalisasi seperti ekonomi libidina dan imagologi.

“Yang penting saat ini bisa memuaskan hasrat ekonomi diri kita, tidak memenuhi kebutuhan melainkan keinginan, dari yang basic-nya needs jadi wants. Di Indonesia sukanya McDonalisasi, orang suka yang cepat, cepat saji-cepat makan-dan ceoat pulang. Coba Ludruk tidak bisa cepat, bahkan mencari penontonnya saja terkadang pemain-pemainnya sendiri yang menjadi penonton”, jelasnya.

Joko Saryono saat memberikan materi
Joko Saryono saat memberikan materi

Joko yang telah melahirkan beberapa karya artikel serta buku seperti Nilai Budaya Jawa dan Estetika Sastra ini berpesan untuk tidak meninggalkan tradisi Indonesia, namun bisa mengembangkan tradisi yang sudah ada serta Ludruk harus berubah tidak boleh konservatif karena setiap kemajuan diperoleh dari perantauan.

“Perantauan pasti akan kembali dan dengan merantau akan membawa kesegaran. Tidak ada tokoh negara yang hebat tanpa tradisi, tradisi itu mekar. Siapa yang tidak tahu Mahatma Gandhi atau Nelson Mandela. Nelson Mandela membawa tradisi ubuntu, tradisi memaafkan sebesar-besarnya dengan iklas”, bebernya. (Rizqy)

Satu respons untuk “Ludruk Goes To Campus, Terobosan Kenalkan Ludruk ke Anak Muda

Tinggalkan Balasan ke Teater Sinden UMM dan Tunggak Semi Gelar Diskusi Malang Ngeludruk | lirikmalang Batalkan balasan